BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya
kapasitas intelektual, stres dan harapan- harapan baru yang dialami remaja
membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan
maupun gangguan perilaku. (IDAI,2008;Nur,2010) sehingga dalam periode ini
terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial.
Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya.
Karena itu seringkali terjadi ketidak-seimbangan yang menyebabkan remaja sangat
sensitif dan rawan terhadap cemas. Kecemasan sebagai salah satu bentuk dampak
perubahan psikis yang dialami hampir setiap remaja.
Biasanya kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap suatu yang menekan,
dan karena itu berlangsung sebentar (Ramaiah,2003). Kecemasan bisa berpengaruh
buruk pada seseorang jika frekuensi timbulnya sering kali. Kecemasan dapat
timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai
gangguan emosi. Kecemasan suatu keadaan emosional yang ditandai oleh rangsangan
fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan ketakutan,
persangkaan (firasat) serta perasaan ngeri terhadap masa depan (Semiun, 2006).
Dampak tersebut dapat mencakup fisik maupun psikis, dari segi fisik akan
berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, meliputi gangguan
denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, sistem daya tahan tubuh,
sistem metabolisme dan seterusnya. Sedangkan dari segi psikis dapat memunculkan
gejala-gejala tingkah laku seperti adanya kecenderungan menarik diri dari
kehidupan social, berhalusinasi, berfantasi, menutup diri, bermuram durja,
pesimis, merasa tidak bahagia, cemas, depresi, merasa tidak dicintai, stress,
kesulitan berkosentrasi, agresif dan bertemperamen panas.
Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab kegelisahan atau
ketegangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan secara berlebihan
sering kali tanpa ada factor pemicunya. Kecemasan sendiri lebih sering
dialami wanita daripada pria (Ramaiah,2006). Perempuan lebih mengkhawatirkan
keluarganya, kebutuhan pribadinya, kesehatan dirinya dan berbagai isu (misalnya
dalam dunia kerja dan mode) (Brown,2006). Silverman (ed Brown,2006) juga
mengatakan bahwa perempuan dilaporkan lebih mencemaskan hal-hal yang berkaitan
dengan sekolah, teman-teman sekelas dan penampilan. Myers mengatakan bahwa
perempuan lebih cemas akan ketidak-mampuannya dibanding dengan laki-laki,
laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitive
(Myers,1983;Trismiati,2004). Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih
rileks dibanding perempuan (Myers,1983;Trismiati, 2004).
Individu yang mengalami ancaman kecemasan senantiasa hidup dengan rasa takut
terkena malapetaka serta kuatir dalam sebagian besar aspek kehidupannya baik
meliputi kesehatan, uang, pekerjaan, kelurga dan sebagainya. Mungkin juga akan
terjadi kepanikan akut berulang kali dengan gejala yang lebih parah.
Gejala-gejala gangguan kecemasan secara umum antara lain senantiasa
diliputi ketegangan, rasa was-was yang sifatnya tidak menentu (diffuse unessinnes),
terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu,
minder, depresi serba sedih, sulit kosentrasi dan mengambil keputusan, serba
takut salah, rasa tegang menjadikan yang bersangkutan bersikap tegang-lamban
yakni bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara
tiba-tiba atau yang tidak diharapkan dan selalu melakukan gerakan neurotic
tertentu, seperti mematahkan kuku jari, mendeham dan sebagainya, adanya keluhan
otot tegang khususnya bagian leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami
diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan gangguan tidur berupa
imsonia atau mimpi buruk, mengeluarkan keringat dan telapak tangan sering basah
, sering berdebar-debar dan tekananan darahnya tinggi, sering mengalami gangguan
pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas, sering mengalami anxiety
attacks atau tiba-tiba cemas tanpa sebab yang jelas (Supratiknya,2006).
Menstruasi merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri.
Hal tersebut menunjukan bahwa siklus masa subur pada wanita sudah
dimulai. Menarcheadalah saat pertama kali remaja mengalami menstruasi dan
salah satu perubahan yang penting untuk menjadikan kematangan remaja memasuki
masa puber (Stainberg,2002). Kedatangan menarche sering kali dianggap
remaja sebagai suatu penyakit, sehinggamenarche pada remaja putri dapat
menimbulkan kecemasan (Dariyo,2004;Hardiningsih,2009), ini disebabkan oleh
kesiapan mental, kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang
perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche, dan kurangnya
pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi
(Ferry,2007;Hardiningsih,2009). Selain itu juga mengalami depresi dan mudah
tersinggung sebelum dan selama proses menstruasi (Hillary,1988). Riset lain
juga menemukan bahwa wanita mengalami kecemasan yang tinggi, bermusuhan atau
depresi saat pada periode menstruasi daripada hari-hari lainnya (e.g.
Golub,1976 ; Paige,1971 ; Hilary,2002). Kecemasan merupakan gejala yang sering
terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa menarche yang kemudian
diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut
(Kartono,2006). Karena dalam siklus menstruasi sendiri banyak ditemui
gangguan-gangguan yang sifatnya traumatis, salah satunya rasa sakit akibat
menstruasi yang sangat menyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan
(Dismenorea). Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare, iritabilitas, dan sebagainya. Selama dismenorea, terjadi kontraksi
otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa
nyeri disaat menstruasi (Robert dan David,2004; Nur,2010).
Pada remaja putri menarche (menstruasi pertama) rata-rata usia 8-14
tahun, sehingga tahun-tahun pertama pola siklus haid tidak teratur. Hal itu
dikarenakan belum teraturnya siklus hormon seksual sebab estrogen pada
permulaan menstruasi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanda
sex sekunder. (Chandranita;2009).
Menurut
Dariyo (dalam Hardiningsih;2009) terdapat dua jenis reaksi remaja putri
terhadap datangnya menarche yaitu : reaksi negatif yaitu suatu
pandangan yang kurang baik dari seorang remaja putri ketika dirinya memandang
terhadap munculnya menstruasi dan reaksi positif yaitu remaja putri yang mampu
memahami, menghargai dan menerima adanya menarche sebagai tanda
kedewasaan seorang wanita.
Reaksi cemas sebenarnya merupakan hal yang wajar bagi seseorang karena
kecemasan itu sendiri bisa membangun dan merugikan. Jika kecemasan tersebut
dapat mendorong seseorang kearah positif maka dapat dikatakan berguna sedangkan
jika kecemasan tersebut menyebabkan penderitaan maka akan menimbulkan kerugian.
Untuk menghilangkan kecemasan bagi kebanyakan orang yaitu berusaha meninggalkan
sumber dari kecemasan tersebut. Kelihatannya memang solusi yang sangat mudah
akan tetapi dalam kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Penggunaan
obat-obatan memang dapat membantu tapi hanya sementara dan sifatnya tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi seseorang (O’connor,2005)
Penelitian mengenai kecemasan juga pernah dilakukan menggunakan terapi
sistematis Desensitiasi (SD) modifikasi perilaku yang menggunakan metode
pengkondisian dalam mengatasi kecemasan seseorang, yakni mendapatkan rasa
relaksasi untuk mendominasi atas perasaan takut dan kecemasan untuk sistuasi
tertentu yang mengancam dalam kehidupan seseorang (Egbochuku,2005). Penelitian
serupa mengenai pengaruh pelatihan meditasi juga pernah dilakukan di lakukan
dan terbukti secara efektif mampu menurunkan tingkat kecemasan (Afandi,2007).
Penelitian lain tentang meditasi dalam bentuk baru yaitu meningkatkan kesadaran
seseorang (Maindfulness Base Cognitive Therapy) mampu menurunkan depresi
tingkat tinggi (Teasdall,2000). Riset menggunakan meditasi mantra Islam
ternyata efektif dalam menurunkan tingkat agresivitas (Wahsun,2005). Herbert
Benson juga melaporkan bahwa penggunaan Meditasi ini mampu membuat pasiennya
yang semula mempunyai tingkat kecemasan tinggi atau pasien yang tingkat depresi
rendah hingga menengah menjadi lebih rendah lagi tingkat kcemasan, depresi,
kemarahan dan sikap bermusuhannya (O’connor,2005).
Sebuah penelitian yang dikutip dari Health Magazine tahun 1995 wanita-wanita
dengan syndrome pramentruasi kronis mengalami penurunan hingga 58% dari gejala
yang mereka rasakan setelah menjalani terapi meditasi (Sindhu,2009).
Manifestasi klinis sindrom pramenstruasi dapat berupa penuhnya payudara dan
terasa nyeri, bengkak, kelelahan, sakit kepala, peningkatan nafsu makan,
iritabilitas dan ketidakstabilan perasaan dan depresi, kesulitan dalam
kosentrasi, keluar air mata dan kecenderungan untuk melakukan kejahatan
(Behrman, Kliegman and Arvin;2000).
Disini
jelaslah unsur meditasi dalam bentuk apapun baik pendekatan mistik,
semiTranscedental Meditation ataupun sufi hingga bentuk meditasi yang
dikembangkan oleh ilmuwan sekarang yaitu pengembangan kesadaran diri kesemuanya
sangat berperan dalam mengatasi kecemasan seseorang, Meditasi sendiri
diyakini mampu berperan dalam mencapai kesehatan yang lebih baik. Meditasi
merupakan jembatan yang menghubungkan konsep pemahaman kemampuan spiritual
dengan ilmu kedokteran. Kedua konsep tersebut tidaklah bertentangan.
Pengetahuan spiritual berpandangan bahwa kekuatan manusia yang tertinggi yang
mengatur mind dan body dalam otak. Sedangkan ilmu psikiatri
modern mengajarkan kemampuan manusia yang tertinggi terletak pada otak yang
mengatur fisik dan mental. Iskandar (2008) meditasi adalah latihan olah jiwa
yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual seseorang.
Secara medis dapat dikatakan bahwa meditasi yang dilakukan secara teratur akan
merangsang tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri. Dalam studinya Richard
Davidson dan Jon Kabat-Zinn mengatakan bahwa terapi meditasi dapat mempengaruhi
kekebalan tubuh (Haynes dan Zabel,2004). Dengan meditasi dimungkinkan
terjadinyahemeostatik atau keseimbangan dalam
otak. Hipotalamus sebagai sentral otak akan bereaksi untuk
meningkatkan fungsi kerja hormon. Dalam kondisi dan keadaan yang demikian
antibodi tubuh akan bekerja secara optimal.
Adanya interaksi kompleks antara hipotalamus,
kelenjar pituitary, ovarium danendometrium juga tampak pada
siklus haid (Hacker,2001; Suwarni,2009). Pada kondisi gangguan menstruasi pada
remaja meditasi dapat dijadikan salah satu terapi mengatasi permasalahan-permasalahan
yang muncul saat mengalami menstruasi, karena rileksasi ini mampu memberikan
kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan
haid yang bebas dari nyeri (Arifin,2010;Nur,2010).
Pada dasarnya meditasi bisa dilakukan oleh siapa saja. Praktek meditasi adalah
proses mengubah diri untuk mempelajari cara kerja batin dan bagaimana pikiran
serta emosi membentuk persepsi. Saat ini, meditasi diajarkan dan dipraktekkan
di rumah sakit untuk meringankan stres dan mengatasi rasa sakit kronis.
Meditasi juga dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas tertentu, seperti
kasih sayang atau kebijaksanaan, juga mengatasi masalah-masalah spesifik
tertentu seperti pola emosional yang destruktif, sakit yang kronis, dan masalah
hubungan antar relasi. Inti dari meditasi ialah untuk tidak melarikan diri dari
masalah namun melihat bahwa segala sesuatu yang kita alami dapat diubah menjadi
sumber suka cinta melalui latihan meditasi. Penelitian yang dilakukan oleh
ilmuwan University of Wisconsin di Madison menunjukkan bahwa meditasi
mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan emosi positif (Haynes dan
Zabel,2004)
Atas
dasar hal tersebut peneliti mencoba mencari salah satu solusi yang bisa
digunakan dalam mengatasi gangguan kecemasan remaja menghadapi menstruasi,
yakni terapi meditasi. Terapi ini menekankan sugesti diri sekaligus mewujudkan
kedalam bentuk realitas kehidupan seseorang, baik itu dari segi fisik maupun
psikis. Disamping itu alasan lain penggunaan terapi ini dalam hal kemudahan
pelaksanaannya serta memiliki banyak manfaat, salah satunya meredam kecemasan
seseorang. Benson dan Klipper (2000) menyatakan bahwa terapi ini mampu
menghilangkan kelelahan dan membantu seseorang dalam menghadapi kecemasan,
meredakan stress yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, pengerasan
pembuluh darah, serangan jantung dan stroke, mengurangi kecenderungan
merokok, minum, melayang bersama obat-obatan, dapat digunakan untuk membantu
seseorang tidur nyenyak, membuat seseorang lebih waspada sehingga mampu
memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting, mampu menegaskan kembali manfaat
meditasi dan doa dalam kehidupan sehari-hari, dapat dihadiri tanpa membutuhkan
kelas ataupun kuliah, dapat digunakan dimanapun, bahkan selama dalam perjalanan
kerja, tidak memiliki efek samping.
Pendapat
lain juga dikemukakan bahwa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
kecemasan antara lain yaitu psikoterapi, terapi relaksasi, meditasi dan
obat-obatan (Ramaiah,2006). Jelaslah sudah berdasarkan teori keilmuan dan
manfaat yang diuraikan diatas maka meditasi dapat digunakan sebagai salah satu
strategi membantu seseorang mengatasi kecemasan seseorang.
Berangkat
dari uraian diatas peneliti berkeinginan untuk membuktikan kesesuaian teori
dengan kenyataan dilapangan, yakni menerapkan terapi meditasi dalam menurunkan
tingkat kecemasan remaja menghadapi masa menstruasi. Berdasarkan
penelitian-penelitian tersebut peneliti lebih mencoba menspesifikasikan subyek
penelitian terbatas pada populasi yang kecil karena pada rentang usia tersebut
tidak semua siswa sudah mengalami menstruasi. Sehingga harapan ke depan
peneliti yang lain mampu mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dengan
mengambil subyek penelitian yang lebih besar dan rentang umur yang lebih panjang
2.
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Adanya
anggapan menarche sebagai penyakit seringkali menimbulkan kecemasan
pada remaja dan belum adanya usaha untuk menghilangkan kecemasan yang dihadapi
para remaja saat menghadapi menarche mendorong pemikiran tentang
perlunya intervensi melalui terapi Meditasi. Mengingat bahwa diketemukan klien
yang mengalami menarche pada usia 12 tahun sejumlah 20 orang, belum adanya
tindakan terapi untuk menghilangkan kecemasan terhadap menstruasi pada remaja
pada usia menarche 12 tahun, dan belum pernah dilakukan terapi Meditasi dalam
mengatasi kecemasan yang dihadapi remaja yang memasuki usia menarche di umur 12
tahun.
Menarche adalah
saat pertama kali remaja mengalami menstruasi dan salah satu perubahan yang
penting untuk menjadikan kematangan remaja memasuki masa puber.
Kedatangan menarche sering kali dianggap remaja sebagai suatu
penyakit, sehinggamenarche pada remaja putri dapat menimbulkan kecemasan,
ini disebabkan oleh kesiapan mental, kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang
cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis
terkait menarche, dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang
diperlukan saat menstruasi. Kecemasan merupakan gejala yang sering terjadi dan
sangat mencolok pada peristiwa menarche yang kemudian diperkuat oleh
keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut.
Untuk mengatasi kecemasan remaja menghadapi menstruasi tersebut, dalam
penelitian ini diarahkan pada terapi meditasi. Dengan meditasi dimungkinkan
terjadinyahemeostatik atau keseimbangan dalam
otak. Hipotalamus sebagai sentral otak akan bereaksi untuk
meningkatkan fungsi kerja hormon. Sedangkan adanya interaksi kompleks
antara hipotalamus,
kelenjar pituitary, ovarium dan endometrium yang
tampak pada siklus haid, dapat menjadikann keduanya sebagai satu keterkaitan.
Pada kondisi gangguan menstruasi remaja, meditasi dapat dijadikan salah satu
terapi mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul saat mengalami
menstruasi, karena meditasi ini mampu memberikan kesempatan bagi tubuh untuk
memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
Sehingga
pada penelitian berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul yakni
apakah ada pengaruh pemberian Teknik Meditasi antara sebelum dan sesudah
perlakuan dalam menurunkan tingkat kecemasan remaja menghadapi menstruasi.
Untuk
memecahkan masalah tersebut, akan dilakukan penelitian tindakan kelas Bimbingan
Konseling sebanyak 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Setiap siklus terdiri
dari 4 kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengukuran hasil.
3.
Tujuan
Meditasi
merupakan suatu teknik latihan dalam meningkatkan kesadaran, dengan membatasi
kesadaran pada satu objek stimulasi yang tidak berubah pada waktu tertentu
untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang, sehinga menambah
kekayaan makna hidup baginya. Iskandar (2008) meditasi adalah latihan olah jiwa
yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual seseorang.
Beberapa ahli memberikan istilah lain tentang meditasi (dalam Satiadarma,1998)
yaitu Visualisasi (Epstein,1988;Fanning,1988), relaksasi (Benson,
1975), mind-body healing (Rossi,1988), dan Mind-body
medicine (Goleman&Gurin, 1993).
Pada
zaman sekarang meditasi banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress,
dan depresi. Ketenangan jiwa yang diperoleh ketika bermeditasi dengan baik
mampu meredakan dan memungkinkan seseorang berpikir jernih dalam pengambilan
suatu keputusan. Meditasi merupakan pengalihan perhatian ketingkat pemikiran
yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan
mencapai sumber pemikiran (Mattesion,2006). Meditasi mampu menurunkan tingkat
rangsangan seseorang dan membawa suatu keadaan yang lebih tenang, baik secara
psikologis maupun fisiologis (Mattesion,2006). Dengan meditasi mampu menurunkan
kecemasan, perasaan reaktif dan agresivitas (Hjelee,1974;Prabowo,2007).
Dengan
meditasi ini akan terjadi reaksi pada individu yang mampu meningkatkan
kesehatannya secara umum dengan mempelancar proses metabolisme tubuh, laju denyut
jantung lebih teratur, peredaran darah lancar, mengatasi berbagai macam
penyakit, mendorong racun dan kotoran dari dalam tubuh keluar, menurunkan
tingkat agretifitas dan perilaku-perilaku buruk dampak dari stress, menurunkan
tingkat egosentris sehingga hubungan intra personal ataupun intra personal
menjadi lancar, mengurangi kecemasan, pada anak-anak dapat
meningkatkan intelegency meliputi karakter kognitif, matematis, logis
serta karakter afektif, relational, kreatif dan emosional, pola pikir menjadi lebih
matang, mempermudah dalam mengendalikan diri, meningkat kesejahteraan
(Benson,2000;Santoso,2001).
Herbert
Benson (dalam Iskandar, 2008) mengadakan riset klinis, dengan menemukan bahwa
meditasi mampu menghambat efek negative dari system simpatis- yang menimbulkan
sikap agresif pada manusia jika terancam. Penelitian yang lain yang dilakukan
menunjukan bahwa kadar melantonin yang lebih tinggi diketemukan pada
orang-orang yang rutin melakukan meditasi (Iskandar, 2008). Kadar melantonin
ini bermanfaat untuk membuat orang menjadi lebih senang dan bila kekurangan
dapat menyebabkan gangguan tidur. Selain hal diatas Benson mengatakan bahwa
dengan meditasi ada pengurangan nyata dalam pemakaian oksigen yang merupakan
ukuran utama dari kadar metabolism, pengurangan ini lebih besar daripada
pengurangan oksigen setelah enam jam tidur. Konsentrasi arterial dari laktat
(lactate) suatu zat kimiawi yang kadang-kadang ada korelasi dengan kecemasan,
berkurang empat kali lebih cepat dengan bermeditasi daripada dengan istirahat
biasa (dalam Mc.Quade,1987). Temuan serupa dalam kajian klinis juga dikemukakan
Ranjie Stegh (dalam Iskandar, 2008) meditasi menstimulasi
kelenjar pineal sehingga meningkatkan melantonin dari 7
hingga 1000 persen.
Dalam
penelitian ini meditasi lebih mengarah pada (1) meditasi pernafasan
(Lichstein,1988), meditasi ini menghayati gerak napas seseorang dari detik demi
detik, dengan proses bernapaslah secara alamiah dan menermatilah daya-upaya
halus untuk mengontrol atau mengendalikan, untuk memperpanjang atau
memperpendek, untuk mengubah atau menahan. Meditasi tidak memfokuskan pada
napas sebagai objek perhatian tetapi sebatas memperhatikan saja tanpa
daya-upaya (Sudrijanta, 2011) Sedangkan efek dari tubuh memanipulasi
karbon dioksida merupakan cara ampuh dalam reaksi biokimia tubuh
(Lichstein,1988) (2) meditasi suara (Benson, 2000), objek yang menjadikan pusat
perhatian dalam meditasi ini adalah suara (3) meditasi gelembung pikiran,
disebut sebagai penyadaran pikiran, karena dilaksanakan dengan memperhatikan
pikiran-pikiran yang muncul (Benson, 2000).
Terkait
dengan kecemasan yaitu ketidak-mampuan individu dalam mengendalikan emosi dan
perasan antara ketakutan dan kekhawatiran (Hyun, 1999), yang kuat serta
meluap-luap (Chaplin,2006) yang menyebabkan kegelisahan irasional
(Mcloone,2006), dan perasaan tidak nyaman pada individu tersebut (Tell,2010).
Selama individu masih dapat mengatasi stressor maka kecemasan itu masih
bersifat normal. Anxietas yang normal sumber kecemasannya dapat
diusut, masih dalam taraf sehat, dapat ditoleransi dan tidak akan mengganggu
kehidupan seseorang. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan kita, yaitu
memperingatkan akan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Sensasi kecemasan sering
dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai rasa ketakutan
yang diffuse, tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkali disertai gejala
otonomik (Sani,2012).
Sedangkan
gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung berbeda. Gejala dari
kecemasan meliputi gangguan somatik, kognitip, gangguan perilaku dan gangguan
presepsi (Sani,2012). Gejala secara umum dari kecemasan sendiri meliputi:
kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan berkosentrasi, mudah tersinggung,
tegang, mual, atau gangguan tidur. Gangguan kecemasan juga sering melibatkan
gejala somatic (Mcloone,2006) antara lain keluar keringat dingin, sulit
bernafas, ganguan lambung, berdebar-debar, tekanan darah meninggi dan
(Baihaqi,2007), gemetar, sesak nafas, nyeri di dada, merasa pusing, pingsan,
ketegangan otot (Yates, 2009), buang air besar (Lichstein,1988), getaran
anggota tubuh dan aktivitas berlebihan dari system otonomik Ramaiah (2006).
Dan
Gejala jelas yang tampak saat menstruasi remaja cenderung lebih
emosional, mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, sakit kepala, perut
kembung, dan bahkan saat mengalami gangguan yang berat remaja dapat
mengalami rasa depresi, rasa takut (cemas) dan gangguan dalam berkosentrasi
(Candranita,2009). Hingga umur 15 tahun para remaja masih merasakan kecemasan
yang menyebabkan kelabilan dan kekacuan pribadi mereka, karena hal-hal
terkecilpun mereka mudah tertawa, kemudian marah, lalu putus asa kemudian
kembali kondisi sebelumnya.
Kelabilan
ini terjadi beberapa hari sebelum tibanya masa menstruasi dalam bentuk cemas,
sensitive dan hal-hal semacamnya (Samadi,1959). Mayoritas remaja beberapa hari
sebelum tibanya masa menstruasi, merasakan luapan dan rangsangan serta memiliki
perasaan yang tidak menentu, khususnya saat menstruasi yang pertama kali atau
1-2 tahun pertama munculnya siklus mentruasi (menarche) (Samadi,1959).
Merujuk
dari beberapa teori yang membicarakan tentang kecemasan secara umum dan secara
khusus pada remaja yang menghadapi menstruasi maka dalam penelitian ini disusun
indicator kecemasan yang meliputi, kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan
berkosentrasi, mudah tersinggung, tegang, gangguan tidur, dan gejala somatik
saat menghadapi menstruasi.
Sedangkan
uraian tujuan penelitian dalam penelitian ini secara umum yakni mengetahui
pengaruh terapi Meditasi terhadap kecemasan remaja saat menghadapi menstruasi
sedangkan secara khususnya dapat diketahuinya tingkat kecemasan remaja saat
menghadapi menstruasi sebelum dilakukan terapi meditasi (kelompok eksperimen
dan kelompok control), dan mengetahui perbedaan kecemasan remaja saat
menghadapi menstruasi antara yang mendapatkan terapi meditasi dan tidak
mendapatkan terapi meditasi.
4.
Manfaat Penelitian
Pelaksanaan
terapi meditasi diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan remaja dalam
menghadapi menstruasi di MTsN Rungkut Surabaya, maka terapi meditasi dapat
dijadikan sebagai panduan bagi konselor sekolah dalam mengatasi siswa yang
mengalami kecemasan ketika menghadapi menstruasi, meningkatkan layanan kualitas
konselor sekolah dalam mengatasi gangguan psikis siswa, sedangkan bagi pihak
sekolah MTsN Rungkut dapat meningkatkan layanannya dalam siswa yang mengalami
gangguan menstruasi
Dalam
bidang keilmuan penelitian ini dapat dijadikan acuan dasar pengembangan teori
psikologi terkait treatment kecemasan remaja dalam menghadapi
menstruasi. Penelitian ini juga dapat evidence based bagi penelitian
selanjutnya terkait meditasi dan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja.
5.
Definisi Operasional Variabel
a.
Variabel Terikat
Merujuk
dari beberapa teori yang membicarakan tentang kecemasan secara umum dan secara
khusus pada remaja yang menghadapi menstruasi maka dalam penelitian ini disusun
indikator kecemasan yang meliputi, kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan berkosentrasi,
mudah tersinggung, tegang, gangguan tidur, dan gejala somatik saat menghadapi
menstruasi.
b.
Variabel Bebas
Terapi
Meditasi adalah suatu teknik latihan dalam meningkatkan kesadaran, dengan
membatasi kesadaran pada satu objek stimulasi yang tidak berubah pada waktu
tertentu untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang, sehinga
menambah kekayaan makna hidup baginya.
Sedangkan
dalam penelitian ini macam-macam meditasi yang akan digunakan secara berpautan
antara lain :
a.
Meditasi pernafasan
Pada
meditasi pernafasan ini, pusat perhatian diarahkan pada kegiatan pernafasan itu
sendiri. Jadi sesorang terus menerus secara sadar memperhatikan keluar masuknya
udara lewat hidung.
b.
Meditasi gelembung pikiran (Meditation Buble of Mind)
Meditasi
ini juga disebut penyadaran pikiran, karena dilaksanakan dengan memperhatikan
pikiran-pikiran yang muncul.
c.
Meditasi suara
Objek
yang dijadikan pusat perhatian dalam meditasi ini adalah suara, baik yang ada
dalam diri maupun yang ada disekitarnya.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Meditasi
Pada
awalnya meditasi adalah nama generik yang diberikan untuk belajar agama di
daerah Timur. Tujuan utama dalam meditasi (a) perenungan dan kebijaksanaan, (b)
perubahan dalam kesadaran (c) relaksasi (Lichstein,1988). Efek meditasi oleh
banyak pakar diyakini membawa dampak positif bagi kehidupan manusia
(Satiadarma,1998). Dewasa ini meditasi digunakan dalam banyak hal. Ada yang
melaksanakan meditasi untuk mendapatkan kedamaian dan kekuatan jiwa. Istilah
meditasi telah dikenal luas baik, baik dari pendekatan awam maupun ilmiah. Akan
tetapi banyak orang yang belum memahami tentang meditasi itu sendiri Berikut
akan dikupas kajian mengenai meditasi
1.
Pengertian Meditasi
Kebanyakan
orang mempersepsikan meditasi dengan ritual agama tertentu bahkan ada yang
mengkaitkan perdukunan atau klenik. Walsh, Orntein, dan Maupin (dalam Subandi
dkk, 2002) meditasi adalah suatu teknik latihan dalam meningkatkan kesadaran,
dengan membatasi kesadaran pada satu objek stimulasi yang tidak berubah pada
waktu tertentu untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang,
sehinga menambah kekayaan makna hidup baginya. Iskandar (2008) meditasi adalah
latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual
seseorang. Beberapa ahli memberikan istilah lain tentang meditasi (dalam
Satiadarma,1998) yaitu Visualisasi (Epstein, 1988; Fanning, 1988), relaksasi
(Benson, 1975), mind-body healing (Rossi, 1988), dan Mind-body
medicine (Goleman&Gurin, 1993).
2. Jenis-jenis
Meditasi
Narayo
dan Onstein (Tart,1997; Prabowo,2007) mengklarifikasikan meditasi menjadi tiga
jenis (1) Meditasi Konsefatif (2) Meditasi Pembukaan (Opening up meditation),
dan (3) Meditasi Ekpresif. Namun Tart hanya memberikan gambaran pada dua jenis
meditasi yaitu meditasi konserfatif dan meditasi opening up meditation.
Teknik
meditasi konserfatif pada dasarnya memberikan instruksi untuk memperhatikan
secara penuh pada hal tertentu, dapat berupa objek eksternal yang terlihat
nyata atau sensasi internal seperti tarikan nafas. Sedangkan opening up
meditation pada dasarnya mengacu pada keragaman teknik bertujuan membantu
seseorang meningkatkan kepekaan dan kesadaran penuh dari apapun yang terjadi
padanya, menjadi pengamat yang sadar (Consius Observer) dalam mengamati apa
yang terjadi tanpa harus bereaksi padanya.
Wilber
(Rowan,1993;Prabowo,2007) untuk memahami proses perkembangan psikospiritual
dapat digunakan dua dimensi, dimana keduanya dilakukan dengan cara yang berbeda
yakni eros melawan thanos (cinta melawan mati). Berdasarkan kesadaran tersebut
Wilber membagi teknik meditasi dalam 4 kuadran yaitu The Way of Form, The
Expressive Way, The Negative Way, dan The Falisitative Way.
Ada
beberapa macam meditasi paparan diatas dalam penelitian ini lebih mengarah pada
(1) meditasi pernafasan (Lichstein,1988), meditasi ini menghayati gerak napas
seseorang dari detik demi detik, dengan proses bernapaslah secara alamiah dan
menermatilah daya-upaya halus untuk mengontrol atau mengendalikan, untuk
memperpanjang atau memperpendek, untuk mengubah atau menahan. Meditasi tidak
memfokuskan pada napas sebagai objek perhatian tetapi sebatas memperhatikan
saja tanpa daya-upaya (Sudrijanta,2011) Sedangkan efek dari tubuh
memanipulasi karbon dioksida merupakan cara ampuh dalam reaksi biokimia tubuh
(Lichstein,1988) (2) meditasi suara (Benson,2000), objek yang menjadikan pusat
perhatian dalam meditasi ini adalah suara (3) meditasi gelembung pikiran,
disebut sebagai penyadaran pikiran, karena dilaksanakan dengan memperhatikan
pikiran-pikiran yang muncul (Benson,2000).
3.
Manfaat Meditasi
Pada
zaman sekarang meditasi banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress,
dan depresi. Ketenangan jiwa yang diperoleh ketika bermeditasi dengan baik
mampu meredakan dan memungkinkan seseorang berpikir jernih dalam pengambilan
suatu keputusan. Meditasi merupakan pengalihan perhatian ketingkat pemikiran
yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan
mencapai sumber pemikiran (Mattesion,2006). Meditasi mampu menurunkan tingkat
rangsangan seseorang dan membawa suatu keadaan yang lebih tenang, baik secara
psikologis maupun fisiologis (Mattesion,2006). Dengan meditasi mampu menurunkan
kecemasan, perasaan reaktif dan agresivitas (Hjelee,1974;Prabowo,2007).
Dengan
meditasi ini akan terjadi reaksi pada individu yang mampu meningkatkan
kesehatannya secara umum dengan mempelancar proses metabolisme tubuh, laju
denyut jantung lebih teratur, peredaran darah lancar, mengatasi berbagai
macam penyakit, mendorong racun dan kotoran dari dalam tubuh keluar, menurunkan
tingkat agretifitas dan perilaku-perilaku buruk dampak dari stress, menurunkan
tingkat egosentris sehingga hubungan intra personal ataupun intra personal
menjadi lancar, mengurangi kecemasan, pada anak-anak dapat meningkatkan intelegency meliputi
karakter kognitif, matematis, logis serta karakter afektif, relational, kreatif
dan emosional, pola pikir menjadi lebih matang, mempermudah dalam mengendalikan
diri, meningkat kesejahteraan (Benson,2000;Santoso,2001).
4.
Penggunaan Meditasi dalam Psikoterapi
Deatherage mengatakan meditasi
sebagai formula pengobatan diri (sangat efisien untuk penggunaan waktu terapis
dan karenanya cukup biaya-efektif) yang membantu pasien tahu proses mental
mereka sendiri dan kesibukannya, mengembangkan "diri pengamat," dan
mendapatkan kemampuan untuk membentuk atau mengontrol proses mental mereka
(Bogart,1991). Berbagai studi menunjukkan efektivitas dari
meditasi mindfulnessdimasukkan ke dalam terapi untuk nyeri, berbagai
kanker, HIV, penyakit kardiovaskular, suasana hati, perinatal, dan stres,
premen-strual sindrom, insomnia, kecemasan, depresi dan pengobatan mengatasi
depresi, keinginan bunuh diri, dan batas personality
patologi(Sanders,2010).
Kutz,
Borysenko, dan Benson menyatakan bahwa meditasi dapat menjadi primer untuk
terapi; untuk mengamati dan mengkategorikan peristiwa mental memberikan wawasan
tentang bagaimana skema mental yang diciptakan, sehingga menimbulkan rasa yang
lebih besar tanggung jawab dan memungkinkan seseorang untuk melangkah keluar
dari keterbatasan konseptual dan stereotip reaksi dan perilaku. Meditasi
adalah suatu bentuk introspeksi mengejar luar sesi terapi, pasien yang membayar
dengan waktu mereka sendiri, bukan waktu terapis. Jadi meditasi
meningkatkan kualitas terapi dengan melibatkan pasien lebih mendalam dalam
proses eksplorasi diri dan menyediakan materi berlimpah untuk eksplorasi dalam
sesi terapi. Selain itu, terapi dan meditasi baik berasumsi bahwa nyeri
pemahaman seseorang dan pertahanan terhadap hal itu dapat mengurangi
penderitaan dan meningkatkan pertumbuhan psikologis. Mereka berpendapat
bahwa menggabungkan meditasi dan terapi adalah teknis kompatibel dan saling
menguatkan (Bogart, 1991).
Dalam
jurnal pendidikan psikologi (Prabowo,2007) menyebutkan juga berbagai penelitian
terapi meditasi yang digunakan untuk mengembangkan kualitas manusia yang
diasosiasikan dengan peningkatan intelegensi (Tjoa,1972), peningkatan kinerja
dan recall dalam bidang pendidikan (Abraham,1972), kreativitas
(MacCallum,1974), prestasi akademik (Coller,1973), dan belajar (Miskinan,2002),
penerimaan diri (Broto,1994) dan mengurangi keluhan fisik
(Subandi&Utami,1995).
Selain
hal tersebut juga diketemukan orang-orang yang melaksanakan terapi meditasi,
locus of controlnya lebih internal dan memiliki aktualisasi diri yang lebih
tinggi (Hjelee,1977;Subandi,2002). Senada dengan Hjelee, Van de Berg dan Mulder
(dalam Subandi,2002) juga menemukan bahwa subyek yang melaksanakan meditasi
menunjukan peningkatan harga diri (self esteem), kekuatan ego (ego strength),
kepuasan (satisfaction), aktualisasi diri (self actualization) dan peningkatan
gambaran diri (self image).
B.
Kecemasan
Videbeck
berpendapat bahwa ansietas adalah alat peringatan internal yang memberikan
tanda bahaya kepada individu. Apabila ansietas menjadi kronis dan menyebabkan
perilaku maladaptif, maka ansietas bukan lagi sebagai tanda bahaya, tetapi
sudah menjadi gangguan yang sering disebut gangguan ansietas (Agustarika,
2009).
Kecemasan
adalah ketidak-mampuan individu dalam mengendalikan emosi dan perasan antara
ketakutan dan kekhawatiran (Hyun, 1999), yang kuat serta meluap-luap (Chaplin,
2006) yang menyebabkan kegelisahan irasional (Mcloone,2006), dan perasaan tidak
nyaman pada individu tersebut (Tell, 2010). Freud juga berpendapat bahwa kecemasan
merupakan pengalaman subyektif individu mengenai ketegangan-ketegangan,
kesulitan-kesulitan dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman
(Basuki, 1987; Hanum, 2002)
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi bebeapa aspek antara lain,
terdapat komponen genetik terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat perbedaan
terutama pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya, sistem
pemrosesan informasi dalam seseorang berjalan dengan singkat (hal ini dapat
direspons dengan suatu ancaman sebelum yang bersangkutan menyadari ancaman
tersebut), akar dari gangguan kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan
mekanisme yang menyertainya namun terjadi pemisahan mekanisme yang mengendalikan
respons kecemasan dan yang menyebabkan situasi diluar kontrol (Sani,2012).
2.
Macam-macam kecemasan
Gangguan
kecemasan dapat muncul dalam berapa bentuk gangguan kecemasan antara
lain, Generalized Anxiety Disoder, Agorafobia, Fobia khusus
(Tell,2010), Separation
Anxiety (Herbert,2006), Obsesif-Kompulsif (Eisner
dkk,2009). Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang hampir dialami
tiap orang dan semua umur (Herbert, 2006) penjelasan mengenai gangguan tersebut
diperjelas Sani (2012) yang mengatakan kecemasan dapat muncul dalam berbagai
bentuk antara lain Gangguan panik, GangguanFobia, Gangguan
Obsesif-Kompulsif, Gangguan Stres Akut, Gangguan Kecemasan Umum (GAD), Gangguan
Kecemasan Akibat Obat, Gangguan Kecemasan yang tidak ditentukan, Gangguan Kecemasan
Akibat Kondisi Kesehatan (medis) Umum.
Berbagai
macam kondisi medis dapat menyebabkan gejala yang mirip pada gangguan kecemasan
antara lain,
a)
Gangguan Neurologis (Neoplasma serebal, Trauma serebal dan sindroma
pasca tegar, penyakit serebrovaskular, Pendarahan subarachasid,
Migrain, Ensefalitis, Sifilis serebal, Sklerosis multiple,
Penyakit Wilson, Penyakit Huntington, Epilepsi).
b)
Kondisi Sistemik (Hipoksia, Penyakit kardiovaskuler, Aritmia
jantung, Insifiensi pulmonal, Anemia)
c)
Gangguan Endrokrin (Disfungsi hipofisis, Disfungsi tiroid,
Disfungsi paratroid, Disfungsi adrenal, Feokromositoma, Gangguan
virilisasi)
d)
Gangguan Peradangan (Lupus eritematosa, Artritis rematoid, Poliarteritis
nodosa, Arteritis temporal)
e)
Keadaan Defisiensi (Defisiensi vitamin B12, Pelagra)
f)
Kondisi Lain (Hipoglikemia, Sindroma karsinoid, Keganasan sistemik, Sindroma
pra-menstruasi, Penyakit febril dan infeksi kronis, Sindroma
pasca ensefalitis, Urema).
g)
Kondisi Toksi (Putus obat dan Alkohol, Ampetamin, Obat simpatometi,
Obatvasopressor, Kafein dan putus kafein, Penicilin, Sulfonamide, Kanabis,
Air raksa, Arsenik,Fosfor, Organofosfat, Karbon disulfide, Bezene,
Introleransi aspirin)
3.
Dampak-dampak Kecemasan
Kecemasan
banyak ditemui pada pasien yang menjalani pemeriksaan, investigasi atau
perawatan dalam bidang kesehatan. Terdapat perbedaan antara gejala mental
kecemasan dan berbagai gejala fisik. Gejala-gejala kecemasan dianggap
signifikan klinis yaitu terjadi dalam keadaan yang penuh tekanan, merusak
fungsi fisik, sosial atau pekerjaan serta tingkat keparahannya berkepanjangan
atau abnormal. Seandainya tidak mendapatkan pertolongan secara tepat, maka
gangguan anxietas berpotensi menimbulkan biaya ekonomi kesehatan yang tinggi
(Sani, 2012).
4.
Treatment Mengatasi Kecemasan
Pengkombinasian
penggunaan obat-obat anti anxietas dengan pendekatan Kognitif Behavioral
Therapy dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan, tentu saja dalam hal ini
dibutuhkan terapis yang kompetan. Pendekatan terapi kognitif ini mampu merubah
pola pemikiran seseorang terhadap sumber kecemasan yang dihadapinya. Selain itu
penggunan terapi rileksasi, dengan mengatur system pernafasan seseorang juga
mampu mereduksi kecemasan (US Departement Of Healt And Human Service,2009).
Pendapat
lain berkaitan dengan pemikiran rasa cemas dapat dihilangkan dengan cara
memperdalam pembahasan sumber kecemasan tersebut, mendekatnya dengan kesadaran
atau memberikan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan rasa cemas
seseorang agar pemikiran-pemikiran tersebut menjadi fakta yang terindera dalam
dirinya. Dengan pendekatan ini seseorang akan terhindar dari jerat rasa cemas
yaitu menghilangkan atau melemahkan secara gradual, sehingga pemahaman rasa
cemas dalam benak seseorang akan hilang (Muhammad, 1958)
Sisi
lain untuk penggunaan obat-obatan dalam mengatasi kecemasan perlu diwaspadai,
dalam penelitian dilaporkan memiliki imbas bagi penggunanya, sedangkan
pendekatan psikoterapi yang terdiri dari disentisiasi sistematis, relaksasi
otot, terapi pemaparan bertahap dan manajemen pola asuh keluarga diyakini
efektif mampu merendam kecemasan lebih aman (Rosenbaum and Covino,2005). Jenis
terapi yang efektif tidak hanya terbatas pada jenis gangguan yang dihadapi oleh
seseorang melainkan juga harus memiliki bermacam modus terapi individual dan
kelompok. Terapi jenis individual terdiri dari :
1)
Psikoterapi jenis sugesti atau suportif (supportive)
Merupakan
bentuk psikoterapi yang sangat sederhana dan tidak mengikuti masa silam maupun
alam tidak sadar dari penderita. Psikoterapis berusaha untuk ikut mencarikan
jalan kluar yang logis sesuai dengan kemampuan pasien dalam mengenal gangguan
yang dihadapi, serta mencari mekanisme pertahanan yang lebih baik dalam
menghadapi masalah.
2)
Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
Merupakan
jenis psikoterapi yang perlu mengupas alam tak sadar dari pasien karena
diperlukan perubahan mendasar guna melakukan adaptasi pasien, dalam menghadapi
konflik internalnya. Selain itu motivasi maupun intelegensi yang cukup dari
pasien sangatlah menentukan sejauh mana terapi ini mencapai keberhasilan
3)
Psikoterapi jenis perilaku (behavour therapy)
Terapi
ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku yang
aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh
orang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi
tertentu yang cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan
menggunakan terapi.
C.
Menstruasi
Menstruasi atau haid atau datang
bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi, dalam bab ini juga akan
dibahas secara rinci penjelasan mengenai menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi
Haid
atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses
deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar
melalui vagina (Prawirohardjo,2007; Suwarni 2009). Siklus menstruasi berkisar
antara 21 - 40 hari, hanya 10 – 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari dan
lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi
sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause, lamanya mengeluarkan
darah pun berbeda-beda, biasanya antara 3-5 hari,7-8 hari dan ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit.
Menarche sendiri
adalah waktu pertama kali menstruasi dan sebagai salah satu aspek penting untuk
menjadikan wanita memasuki masa puber (Stainberg,2002). Permulaan dan
kelanjutan dari siklus menstruasi yang normal tergantung pada kesatuan
fungsional dan anatomis dari hipotalamus bersama dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi termasuk peran kelenjar pineal, pituitary anterior, ovarium,
dan uterus (Berman, Kiliegman and Arvin, 2000).
2.
Gangguan atau kelainan siklus Menstruasi
Menurut
Wiknjosastro (2002), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa
reproduksi dapat digolongkan dalam bentuk Kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada menstruasi, Kelainan siklus, Perdarahan di luar haid
D.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian
terkait pengaruh meditasi terhadap tingkat kecemasan seringkali pernah
dilakukan oleh peneliti lain, seperti yang dilakukan Afandi (2007) pengaruh
meditasimindfulness terhadap penurunan tingkat kecemasan, Benson dan
Klipper (2000) terapi meditasi untuk menghilangkan kelelahan dan membantu
seseorang dalam menghadapi kecemasan, meredakan stress dan aspek kesehatan
seseorang. Benson (O’connor,2005) Penggunaan meditasi menurunkan tingkat
kecemasan dan tingkat depresi, dan masih banyak penelitian lainnya
Pada penelitian ini memang ada kesamaan dalam penelitian-penelitian sebelumnya
yakni pengaruh meditasi terhadap kecemasan akan tetapi tetapi yang membedakan
dalam penelitian ini akan difokuskan pada variable kecemasan remaja saat
menghadapi menstruasi dan subyek penelitian pada remaja yang mengalami menarche
pada umur 12 tahun dan rentang waktu umur 12 tahun hingga 15 tahun dengan lokasi
penelitian pada lingkup sekolah tingkat menengah pertama di MTsN Rungkut
Surabaya.
E.
Kerangka Berpikir
Walaupun
meditasi sekarang ini mulai kehilangan ciri-ciri keagamaan dan kebudayaan
timurnya akan tetapi manfaatnya dalam terapi psikologis sangat besar. Weil
mengatakan pengalaman batin yang irasional adalah penyebab penyakit kejiwaan
(Mc.Quade& Aikman,1987) Weil juga mengatakan banyak orang yang sudah tidak
tertarik menggunakan obat-obatan walaupun dalam mengubah kesadaran seseorang
tanpa harus latihan ataupun usaha. Karena dalam meditasi dianggap membuat orang
belajar menjadi sadar akan konflik-konflik elemental pada dirinya dan selain
itu pengobatan yang dilakukan ini terhitung lebih murah
(Mc.Quade&Aikman,1987).
Sebuah
studi kasus melaporkan bahwa relaksasi yang dilakukan secara efektif selama 6
minggu dapat menurunkan ketakutan (Yates, 2009). Selain itu dalam penelitian
yang lain yang dilakukan Davis, Eshelman dan Mckay (Satiadarma,1998)
mengemukakan meditasi berhasil mencegah tekanan darah tinggi, gangguan jantung,
sakit kepala, diabetes artritis, kecemasan, depresi, serta perasaan bermusuhan
(hostility). Penelitian juga menyebutkan bahwa relaksasi adalah dasar dari
setiap program untuk mengatasi kecemasan, ketakutan atau panic
(Bourne,2000;Mirow,2008) gangguan lain yang diakibatkan stress (Meadow,2006).
Dengan
berpijakan pada konsep dasar meditasi, yaitu mencoba melawankan efek otonomis
pada meditasi dengan kriteria gangguan kecemasan diharapkan ada counter
counditing dan penghilangan. Sebagaimana diketahui bahwa kecemasan adalah
ketidak-mampuan individu dalam mengendalikan emosi dan perasan antara ketakutan
dan kekhawatiran yang kuat serta meluap-luap dan kegelisahan yang irasional.
Freud (2002) juga berpendapat bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif
individu mengenai ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang
menyertai suatu konflik atau ancaman.
Gejala
umum dari kecemasan yaitu kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan
berkosentrasi, mudah tersinggung, tegang,mual, atau gangguan tidur. Gangguan
kecemasan juga sering melibatkan gejala somatic antara lain keluar keringat
dingin, sulit bernafas, ganguan lambung, berdebar-debar, tekanan darah meninggi
dan gemetar, sesak nafas, nyeri di dada, merasa pusing, pingsan, ketegangan
otot, buang air besar, getaran anggota tubuh dan aktivitas berlebihan dari
system otonomik (Ramaiah,2006). Sehingga dapat diklasifikasikan gangguan
kecemasan memunculkan gejala meliputi Gangguan Somatic (tremor,
pana-dingin, kejang, berkeringat, palpitasi, nausea/nek, diare, mulut kering,
libido yang menurun, sesak nafas dan kesukaran menelan), Gangguan Kognitif
(kesukaran kosentrasi, kebingungan, kekuatan akan lepas kendali atau akan
menjadi gila, kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran akan malapetaka yang
besar), Gangguan Perilaku (Ekspresi ketakutan, iritabilitas, imobilitas,
hipertensi, dan penarikan diri dari masyarakat), Gangguan Persepsi
(depersonalisasi dan derealisasi) (Sani,2012)
Sementara
itu beberapa factor yang mempengaruhi kecemasan dan kekuatiran pada masa remaja
diantaranya adalah bangkitnya kecenderungan-kecenderungan dan pikiran-pikiran
terhadap lawan jenis, guncangan yang hebat, perasaan kebingungan terhadap
kewanitaan (Samadi,1959) dan factor biologis yang juga sangat bermain peran dalam
masa remaja (Stainberg,2002). Dan masalah-masalah menstruasi merupakan factor
biologis yang sangat penting dalam masa pertumbuhan remaja dan perkembangan sex
sekundernya (Chandranita, 2009).
Gejala
jelas yang tampak saat menstruasi remaja cenderung lebih emosional, mudah
tersinggung, gelisah, sukar tidur, sakit kepala, perut kembung, dan bahkan saat
mengalami gangguan yang berat remaja dapat mengalami rasa depresi, rasa
takut (cemas) dan gangguan dalam berkosentrasi (Candranita,2009). Hingga umur
15 tahun para remaja masih merasakan kecemasan yang menyebabkan kelabilan dan
kekacuan pribadi mereka, karena hal-hal terkecilpun mereka mudah tertawa,
kemudian marah, lalu putus asa kemudian kembali kondisi sebelumnya. Kelabilan
ini terjadi beberapa hari sebelum tibanya masa menstruasi dalam bentuk cemas,
sensitif dan hal-hal semacamnya (Samadi,1959). Mayoritas remaja beberapa hari
sebelum tibanya masa menstruasi, merasakan luapan dan rangsangan serta memiliki
perasaan yang tidak menentu, khususnya saat menstruasi yang pertama kali atau
1-2 tahun pertama munculnya siklus mentruasi (menarche) (Samadi,1959).
Pada
gejala-gejala yang muncul pada siklus menstruasi remaja baik fisik maupun
psikis dapat diatasi dengan kondisi tubuh yang rileks atau istirahat
(Samadi,1958). Kondisi rileks sendiri memberikan pengaruh yang besar pada
masing-masing organ tubuh seseorang (O’connor,2009) seperti yang di ungkapkan
oleh Benson (2000) relaksasi dan keyakinan diri mampu menghilangkan sakit
kepala, memperlacar tekanan darah, mengatasi kesusahan tidur, mengurangi sakit
punggung, mengendalikan panik, mengurangi gejala kecemasan termasuk mual,
muntah, diare, sembelit, cepat marah dan ketidak mampuan bergaul dengan orang
lain, mengurangi stres secara keseluruhan dan meraih kedamian diri dan
kesimbangan. Teasdall dkk (2000) melaporkan dalam penelitiannya yang dilakukan
selama 60 minggu dengan subyek penelitian 45 orang diketahui bahwa terapi
meditasi mindfulness (MBCT) mampu memberikan sumbangan penurunan tingkat
depresi sebesar 75%.
Terutama
dalam hal kecemasan membuka pemahaman dan kesadaran tentang menstruasi tersebut
melalui meditasi jauh lebih tepat dalam mengatasi kecemasan yang
diakibatkannya, meditasi mampu emosi makin terkontrol dan tidak reaktif
terhadap rangsangan luar (Sudrijanta,2011). Karena pengobatan melalui
obat-obatan menyangkut kecemasan hanya bersifat sementara (O’connor, 2005).
Dalam menyelesaikan rasa cemas yang ada pada diri seseorang yaitu dengan cara
memperdalam pembahasan, mendekat sessuatu dengan kesadaran mereka atau
memberikan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan rasa cemasnya agar
pemikiran ini menjadi fakta yang terindera dalam dirinya sehingga rasa cemas
tersebut dapat hilang secara gradual (Muhammad,1958). Meditasi sendiri mampu
membuka kesadaran seseorang berkaitan dengan meredam konflik emosinya karena
meditasi mampu mengembangkan ortbitofrontal cortex, yakni bagian otak yang
menghasilkan perasaan-perasaan baik dan mengontrol perasaan negatif dan
menurunkan pesan-pesan takut dari amygdala(O’connor,2009). Pada program
pelatihan yang dilakukan oleh Jon Kabat-Zinn meditasi mampu mereduksi
ketakutan, kekwatiran, kecemasan dan kepanikan seseorang (Brantley, 2003).
Penelitian khusus yang berkaitan cara mengatasi pre-mestrualsyndrom ternyata
diketahui bahwa meditasi efektif sebagai salah satu alternatif (Sanders, 2010)
Pada
masa menstruasi para ahli psikologi melaporkan bahwa perempuan pada
apremenstual Syndrome mengalami tensi darah yang tinggi, depresi, irribility
yang akan menghilang saat menstruasi berahkir
(Dalton,1964;Frank,1931;O,connor,2009) dan riset lain juga disebutkan wanita
lebih cemas, rasa permusuhannya, dan depresi selama mengalami proses menstruasi
dibandingkan pada hari-hari biasanya (e.g
Golub,1976;Paige,1971;O’connor,2009).
Pendapat
lain juga menyebutkan keluhan-keluhan yang muncul menyertai menstruasi adalah
keputihan, perasaan nyeri, atau panas (terutama sekitar perut bawah dan
kemaluan), ketidak-stabilan emosi, lemas, tidak bergairah, penambahan atau
penurunan nafsu makan dan lain-lain (Hendrik,2006). Berkaitan dengan masalah
keluhan fisik yang berdampak pada kecemasan yang seringkali dialami remaja saat
masa menstruasi seperti rasa nyeri sebenarnya dapat diatasi dengan pendekatan
relaksasi yakni dengan memberikan sugesti bahwa dirinya sendirilah yang
mengendalikan rasa nyerinya (Tomb,2003).
Sementara
Mckay (1994) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dari ketegangan mental yang sering di ikuti semacam gejala fisik
seperti jantung berdetak lebih cepat, bernafas dengan dangkal dan ketegangan
otot dapat dikelola dengan relaksasi.
Teknik
meditasi dapat juga dijadikan sebagai salah satu mengatasi kecemasan selain
menggunakan obat-obatan, Weill mengatakan kelaparan akan pengalaman batin yang
irasional, adalah penyebab utama adanya peningkatan pemakaian obat-obatan
(termasuk alkohol) dan Meditasi mampu menggantikannya (Mc.Quade,1987) karena
teknik ini mampu menenangkan dan mensegarkan pikiran dalam menghadapi
permasalahan stress dalam kehidupan sehari-hari (Bose,2010).
Effendi
(2006) mengatakan bahwa meditasi dapat dirasakan secara langsung maupun tidak
langsung manfaatnya, meliputi fisik dan psikis. Dari segi fisik antara lain :
meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan sakit kepala, menghilangkan sakit
perut, mengurangi atau menyembuhkan sesak nafas, menstabilkan tekanan darah,
mengatasi insomnia, menetralisir kolesterol, mengurangi dan menyembuhkan sakit
pinggang, mengurangi rasa sakit dan sebagainya sedangkan dari segi psikis
manfaat yang diperoleh dari meditasi antara lain: memberikan ketenangan batin,
menghilangkan stress, meningkatkan rasa percaya diri/mengatasi malu,
pengendalian emosi, menghilangkan kecemasan, menghilangkan ketakutan/phobia,
menjadi lebih santun, menjadi lebih mudah memaafkan, dan sebagainya.
Tanpa
mengesampingkan teknik-teknik meditasi lainnya, dalam penelitian ini meditasi
dibatasi pada teknik meditasi pernafasan, gelembung pikiran dan meditasi suara
dengan pertimbangan bahwa tehnik meditasi ini menyentuh pada akar permasalahan
dalam penelitian yang melibatkan kepekaan perasaan, pikiran, fisik, dan batin
seseorang. Melihat kecemasan sendiri menurut Haber dan Rumyon termanifestasikan
dalam 4 dimensi kognitif, motorik, somatis, dan afektif (dalam S. Halim, 2005)
meditasi tepat digunakan untuk mereduksinya.
E.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian pada Tinjauan Pustaka dan Kerangka berpikir, maka dalam penelitian ini
dapat ditarik hipotesis yang masih perlu diuji kebenarannya, yaitu:
Ada
pengaruh sebelum dan sesudah penerapan terapi meditasi terhadap kecemasan
remaja dalam menghadapi menstruasi
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian ini digunakan jenis penelitian true exsperimental
desin dengan rancangan Randomized Control Group Pretest-Posttest
Design. Pada prosedur desain subjek dipilih secara rambang dari suatu populasi
dan dibedakan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen (dikenai perlakuan) dan
kelompok control (tidak dikenai perlakuan). Keduanya
diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur perbedaan
yang muncul dari keduanya (Suryabrata, 2009).
Bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi meditasi terhadap kecemasan remaja menghadapi
menstruasi, dengan mengadakan pengukuran tingkat kecemasan sebelum perlakuan
(pre-test) dengan system baseline mengambil rerata dari pengukuran sebanyak
lima kali dengan instrument skala kecemasan remaja menghadapi menstruasi dan
setelah diberikan perlakuan dalam jangka waktu tertentu diberikan pengukuran
kembali (post-test).
Penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar.2
Kerangka Kerja Penelitian
B.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian
di fokuskan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Rungkut Surabaya dalam tahun ajaran
2012/2013 untuk batasan waktu siklus pertama membutuhkan 6 bulan (bulan juli
2012 sampai dengan desember 2012) dan pada siklus kedua berlangsung selama 3
bulan ( januari 2013 hingga maret 2013)
Tabel.1
Rencana Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan Konseling (siklus.1)
1
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1.
|
Pengajuan
proposal penelitian
|
Juli
s/d Agustus 2012
|
2.
|
Observasi
lapangan
|
Agustus
s/d September 2012
|
3.
|
Adminstrasi
perijinan penelitian
|
September
2012
|
4.
|
Uji
Validitas dan Reliabilitas skala
|
September
s/d Oktober 2012
|
5.
|
Penyebaran
Pre-test
|
Oktober
2012
|
6.
|
Perlakuaan
|
|
Meditasi
Per
Komentar
:
|
proposal
diklat
PROPOSAL
Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja
Tahun
pelajaran 2011/ 2012
SMA
Negeri 1 Bantul
KADER
KESEHATAN REMAJA
STIKES
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2012
Lembar
Pengesahan
Pembina
Bimbingan Konseling Pembina
Usaha Kesehatan Sekolah
Tri
Setiana,
S.Pd Heri
Setyawan,
S.Pd
Mengetahui
Kemahasiswaan Manajer
Kesehatan dan Lingkungan
Hanif,
S.Pd Catur
Budi,SKM
Menyetujui,
Ketua
STIKES
Sugiono
Almunawary, S.IP, MM, M.Ph
Proposal
Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja
Tahun
Pelajaran 2011/ 2012
SMA
Negeri 1 Bantul
A. Pendahuluan
Perkembangan
era globalisasi saat ini telah mengubah sendi-sendi kehidupan kita. Khususnya
perkembangan para remaja yang sedang mengalami masa transisi. Yang sering
diistilahkan “Masa Puberitas” atau masa dimana para remaja mencari jati diri
mereka. Dalam masa pencarian jati diri itulah para remaja banyak menemukan masalah-masalah,
baik di rumah maupun dalam pergaulan (sekolah dan masyarakat). Bila dalam
menghadapi masalah mereka tidak dapat menemukan jalan keluar, kemungkinan besar
mereka akan melarikan diri kepada hal-hal yang negatif seperti minuman keras,
narkoba dan pergaulan bebas.
Mereka
(para remaja) membutuhkan tempat untuk berbagai cerita, menyelesaikan masalah,
dan butuh sekali pengetahuan-pengetahuan mengenai hal-hal yang sedang terjadi
diluar sana. Selain itu kita kadang menjumpai orang yang sedang
kambuh penyakit atau kecelakaan baik bersifat ringan maupun berat, bagi kita
yang tidak tau bagaimana cara memberikan bantuan yang bersifat darurat ini bisa
menjadi fatal, tapi kadang kita ingin membantu tapi terbentur dengan keterbatasan
kemampuan kita sehingga kita menjadi panik bahkan takut jika menjumpai kasus
itu khususnya jika terjadi di sekolah, karena itulah kegiatan ini diperlukan.
Maka diperlukan Pelatihan Kader Kesehatan Remaja, untuk membentuk remaja-remaja
yang berwawasan luas dan berkepribadian baik. Sehingga kader-kader Kesehatan
Remaja ini dapat membantu dalam memberikan solusi kepada teman-teman yang
bermasalah.
1.
Definisi Remaja
Remaja
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena
pubertas serta perubahan kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung
(1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa
pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.
2.
Pandangan Teoritis tentang Remaja
Ada
dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama –
yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of
“storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan
tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik,
intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan
kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan
lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan
Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila
dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang
mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut
(selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan
remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi
dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
3.
Pertumbuhan Fisik Remaja
Seseorang
akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat
pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt
merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang
kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada
usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara
remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra
USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan
tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada
remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini,
remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra
bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert &
Hoffnung, 1987).
Seperti
halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja.
Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan
lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada
usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama
masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi
11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari
sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung,
1987).
Saat
ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal
dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend
secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai
menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun
1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan
perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum
pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend
secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi,
serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat
kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
4.
Pubertas
Pubertas
adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan
kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987).
Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan
sekunder.
Ciri-ciri
seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini
meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini
ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles.
Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk
bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama
kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri
seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada
bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya
dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai
organ tubuh.
Kelenjar
seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini
berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di
dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang
dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang
otak.
5.
Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi Psikologis Remaja
Pertumbuhan
fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi
psikologis remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah
perasaan yang umumnya muncul pada saat itu.
Hampir
semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan
fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan
kepercayaan dirinya (self-esteem).
Ada
tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu
endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot
(padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit
lemak banyak otot (muscular).
6.
Masalah Kesehatan pada Remaja
Remaja
merupakan usia paling sehat dibanding kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya
penyakit yang dialami kelompok usia ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko
kesehatan paling tinggi karena faktor kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil
diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk
Dalam
psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri
yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini
berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada
wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase
pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena
dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia
anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.
Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)
Pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani
secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat
kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh
lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas
pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada
orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya.
Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.
Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.
Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.
Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja
B. Tujuan
Penyelanggaraan
acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
dan ketrampilan kepada calon Kader Kesehatan Remaja, seperti P3K, P3P,
kesehatan, psikologis, dan kehidupan remaja. Mereka yang nantinya menjadi Kader
Kesehatan Remaja akan memberi informasi- informasi tersebut kepada teman-teman
ataupun keluarga mereka.
C. Nama
kegiatan
“Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja Tahun Pelajaran 2011/ 2012
SMA
Negeri 1 Bantul”
D. Bentuk
Kegiatan
1. Sosialisasi
Sosialisasi
ini kami lakukan sebagai tahap awal pengenalan Kader Kesehatan Remaja SMA
Negeri 1 Bantul. Kami lakukan pada waktu matrikulasi.
2. Wawancara
Kami
melakukan wawancara kepada Kader Kesehatan Remaja dengan tujuan untuk
mengetahui kepribadian mereka. Karena kami menginginkan kader kesehatan remaja
yang berkepribadian yang baik.
Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja
Kegiatan
ini merupakan puncak dari kedua acara di atas. Dengan pelatihan ini, calon
Kader Kesehatan Remaja akan dapat pengetahuan lebih komplek mengenai kesehatan
jasmani dan psikologi dan bagaimana menjadi teman yang baik yang bisa memberi
manfaat bagi orang lain terutama diri sendiri.
E. Peserta
1. Seluruh
ketua organisasi
2. Seluruh
Ketua Kelas XI dan XII
3. Siswa-siswi
tingkat X yang telah lolos seleksi wawancara
F. Waktu
Kegiatan
Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja ini akan dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 14
Januari 2012
Tempat : SMA
Negeri 1 Bantul
G. Susunan
Acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
07.00
– 07.15
|
Persiapan
Panitia
|
07.00
– 07.30
|
Pembukaan
oleh Kepala Sekolah
|
07.30
– 08.30
|
Peran
Kader Remaja oleh Manajer Kesling
|
08.30
– 10.30
|
Materi
Kesehatan Reproduksi, Free Sex dan Aborsi oleh Puskesmas
|
10.30
– 12.30
|
Materi
P3P dan P3K Puskesmas
|
12.30
– 13.00
|
Istirahat
|
13.00
– 14.00
|
Praktek
Konseling oleh sesama kader kesehatan remaja
|
14.00
– 15.00
|
Praktek
P3P dan P3K oleh sesama kader kesehatan remaja
|
15.00
– selesai
|
Hiburan
|
H. Anggaran
Dana
Pemasukan
dari bantuan
Gubernur Rp.
1.000.000,-
Pengeluaran
Konsumsi
peserta @ Rp. 5.000 X 100
orang = Rp. 500.000,-
Konsumsi
Panitia @ Rp. 5.000 X 10
orang = Rp. 50.000,-
Konsumsi
tamu undangan @ Rp. 1.0000 X 3 orang =
Rp. 30.000,-
Biaya
Pemateri @ Rp. 100.000 X 3
orang = Rp. 300.000,-
Dokumentasi = Rp. 20.000,-
Alat
praktek P3k dan
P3P = Rp. 100.000,- +
Rp.
1.000.000,-
|
Rp. 0
I. Susunan
Panitia
Pelindung : Sugiono
Almunawary, S.IP, MM, M.Ph
Penasihat : Dwi
Suharyanta, ST, MM
Mochamad
Rofiq, ST, MM
Drs.
Abdurrahman Suroyo
Ketua : Almarjani
Sekretaris : Kuni
Arifatul F
Bendahara : Datni
Leslesy
Nurul
Hidayati
Seksi Acara : Masykur
Arifin
Abdul
Aziz
Syaiful
Fattah
Seksi PDD :
Angga Riana
Guswanto
Afif
M
Santi
Humas :
M. Faisal
Burhannudin
Kasrim
Seksi
perkap : Imam K
Muif
Y
Ari
Winata
Supriyono
Seksi
Konsumsi : Khoirunnisak
Purnamasari
Bagus
Dwi Prayitno
Sulani
Noviani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar